Wednesday, August 16, 2006

HIDUP YANG LAPANG

Allah yang kita sembah adalah Allah yang sangat ajaib, yang sangat besar melampaui segala akal kita. Setiap umat tebusanNya juga sadar akan keberadaan Allah yang sangat luar biasa ini. Tapi ironisnya, masih banyak dari kita yang berusaha menempatkan Allah dalam kotak-kotak yang kita pandang itu baik.

Seringkali kita berusaha mengatur Allah, mengenai bagaimana cara Dia berbicara kepada kita, bahan apa yang menjadi topik pembicaraanNya dengan kita, dan lain-lain. Sebuah contoh yang sederhana, ketika kita mulai meminta Allah memberikan tanda kepada kita, kita juga mendikte Dia, agar tanda yang Dia berikan adalah seperti yang kita mau, sehingga ketika Dia bergerak dengan tanda yang bukan permintaan kita, kita dengan segera berkata : "bukan Tuhan itu, karena tanda nya tidak sesuai". Saudaraku... ijinkan saya mengingatkan, jika ada diantara kita dalam kondisi tersebut, kita ada dalam bahaya besar, karena kita pasti gagal dalam mengikut Allah !. Kotak yang kita punya bisa berupa pemikiran atau logika yang kita peroleh dari pendidikan formal di sekolah, ilmu pengetahuan, dllsb.

Untuk mengikut Allah, kita perlu membuang kotak-kotak indah yang kita miliki (biasanya di pikiran kita), dan mulai bermain dengan menggunakan aturannya Allah. Hati serta hidup yang rela dan lapang diperlukan dalam perjalanan penghambaan kita kepada Allah. Nabi Yesaya menuliskan dengan indah dalam Yesaya 54:2-3 : "Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh patok-patokmu. Sebab engkau akan mengembang kekanan dan kekiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi".

Jika kita ingin hidup kita berhasil dalam perjalanan kita bersama Allah, kita harus mau melapangkan kemah kita, tidak menghemat tali-tali yang kita punya. Kemah melambangkan kehidupan kita, kita harus membuang pikiran kita yang sempit, serta mulai memakai pikiran Kristus setiap hari, sehingga kita bisa melihat rencana Allah bagi kehidupan kita. Jika kita mengandalkan mata jasmani kita, maka kita hanya melihat keterbatasan, sehingga kemah yang kita bangun pun akan sesuai dengan batasan yang kita lihat, dan pada akhirnya kita akan mencoba bahkan memaksa Allah untuk masuk ke dalam kemah kita tersebut, suatu usaha yang sia-sia dan bodoh.

Setelah kita mengijinkan Allah membuka mata kita, dan kita melihat rencana Allah bagi kehidupan kita, maka kita harus mulai menancapkan patok-patok kemah kita sesuai dengan batasan yang Allah tentukan. Itulah kapasitas kita, itulah area yang Tuhan beri buat kita. Dan tentunya masih ada kemungkinan untuk terus berkembang ke kanan dan kekiri.

Saudaraku, mari kita memiliki hidup yang lapang, biarkan Allah membuka mata rohani kita, sehingga kemah yang kita dirikan berkenan kepadaNya, dan Dia berkenan tinggal didalamnya, sampai kasih dan kemuliaanNya melimpah dalam kemah kita. Amin !

Dalam ladangNya
Leo Agustinus Yuwono

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home